Sabtu, 19 Januari 2013

CATATAN MENGIKUTI FOCUS GROUP DISCUSSION GERAKAN NASIONAL BUDAYA BERSIH DESA BUDAYA



Senin, 22 Oktober 2012
Pukul 08.30, sehabis mengikuti apel pagi di Kantor Gubernuran Banjarmasin aku langsung menuju ke pasar koran. Dibutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk memantau atau lebih tepatnya membaca cepat berita-berita dan opini-opini yang dimuat di 6 buah koran terbitan Banjarmasin. Sesuai dengan keperluan aku hari ini cuma membeli 2 koran saja, yakni SKH Banjarmasin Post dan SKH Media Kalimantan. Keduanya kubeli karena ada berita dan opini yang harus kukliping. Begitulah pekerjaan rutin yang kulakukan setiap hari, jika tidak pagi, maka kegiatan itu akan kulakukan siang hari. Sekarang ini lebih banyak kulakukan pada siang hari, karena waktu pagi aku harus mengutamakan tugas mengisi daftar hadir di kantor.

Pukul 08.45 aku meninggalkan pasar koran menuju ke RSUD
Ulin Banjarmasin. Setelah memarkir sepeda motor aku lebih dahulu singgah di sebuah warung untuk makan pagi. Aku memilih makan pagi nasi bungkus ikan haruan dan secangkir teh dingin. Sehabis Harganya Rp. 10.000,-. Setelah itu aku menyelinap melalui pintu kecil menuju ke Pusat Perbelanjaan Duta Mall yang terletak persis di seberang jalan. Aku sengaja memarkir sepeda motorku di areal parkir RSUD Ulin karena di dekat lokasi dimaksud ada warung makan dengan menu nasi bungkus yang murah meriah. Tujuanku pagi itu sebenarnya adalah ke Hotel Mercure yang terletak di kawasan Pusat Perbelanjaan Duta Mall Banjarmasin.
"Masih tutup, Pak," jelas seorang petugas security ketika melihatku bergerak ke arah pintu masuk yang dijaganya.
Boleh jadi ia merasa heran, pagi-pagi sekali ada PNS berpakaian hansip ini mau masuk ke Pusat Perbelanjaan Duta Mall. Nekad amat, apa enggak takut ditangkap petugas satuan polisi pamong praja.
"Aku mau ke hotel Mercure," jelasku.
"O. Bapak lurus saja ke sana. Belok kiri, jalan terus hingga ke tempat parkiran sepeda motor, lalu masuk lif, Pak," ujar petugas security memberi panduan.

Pukul 09.00 persis aku tiba di tempat acara. Aku diminta panitia mengisi daftar hadir, lalu panitia menyerahkan tas kain berisi buku panduan acara, buku catatan, dan bollpoint. Setelah itu aku dipersilakan memasuki ruang Emerald 2 tempat Focus Group Discussion Gerakan Nasional Budaya Bersih Desa  Budaya. Kegiatan diskusi ini diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Pihak pengundang lokal adalah Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Banjarmasin. Undangan untukku diantarakan langsung oleh Micky Hidayat, Minggu, 21 Oktober 2012, langsung ke rumahku.

Pukul 09.45 acara diskusi dimulai, dibuka oleh Wakil Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga, Ibu Dra. Elly Setiawati. Sebelumnya Ketua Panitia Bapak Binsar Manullang MSc menyampaikan laporannya tentang kegiatan diskusi yang digelar hari ini. Kulihat para peserta diskusi hari ini pada umumnya adalah para lurah, PNS 7 dinas terkait di kota Banjarmasin, sastrawan, budayawan, seniman, dan insan pers.

Pembicara pada session pertama ini adalah Bapak Ersis Warmansyah Abbas. Pada kesempatan sesion pertama ini aku sempat memaparkan tentang konsep tata ruang rumah adat Banjar yang tidak mengenal kamar kecil sebagai tempat buang air besar atau kecil. Kamar kecil yang lajim disebut jamban atau kakus ini diletakan di luar areal terpisah jarak dengan rumah induk yang dijadikan sebagai tempat tinggal. Dulu tempat buang air besar dan kecil itu dimiliki secara bersama-sama, letaknya di batang banyu atau di sungai. Budaya jamban atau kakus umum di sungai-sungai ini baru punah setelah sungai-sungai di kota Banjarmasin juga punah karena di atasnya telah didirikan bangunan rumah tambahan oleh warga yang tinggal di sekitar sungai. Selain itu juga karena, pemerintah kota Banjarmasin pada tahun 1980-an begitu gigih memusnahkannya. Jamban-jamban atau kaus-kakus umum yang ada di sepanjang sungai dirobohkan, sebagai gantinya pemerintah kota Banjarmasin memberikan sumbangan pasir, batu, semen, seng, closet, tiang ulin, dan upah tukang kepada setiap rumah tangga supaya mereka mampu membangun jamban atau kakus sendiri di rumah masing-masing.

Pada kesempatan itu, aku juga memaparkan kebiasaan warga kota Banjarmasin pada setiap hari raya yang tidak segan-segan membuang sampah koran di halaman-halaman masjid, di jalan raya dekat mesjid, atau di lapangan-lapangan tempat diselenggarakan sholat hari raya. Setelah digunakan sebagai alas sajadah sholat hari raya, koran-koran itu dibiarkan berserakan di tempat di mana ia dihampartkan, akibatnya lingkungan masjid jadi penuh sampah koran. Akibatnya hari raya sudah menjadi hari bebas membuang sampah koran di sekitar lingkungan masjid-masjid yang ada di kota Banjarmasin. Tidak percaya, silakan amati pasca diselenggarakan sholat Idul Adha pada Jum'at, 26 Oktober 2012 nanti.

Session pertama berakhir sekitar pukul 13.00, acara selanjutnya adalah makan bersama di restoran Hotel Mercure. Setelah itu sholat Zuhur masing-masing. Setelah itu membentuk kelompok suka hati sambil mengobrol sesuai dengan topik yang berkembang.

Pukul 02.00
Session kedua dimulai. Pada session kedua tampil sebagai pembicara Bapak Lukas Luwarso dari Jakarta. Beliau sempat menyinggung tentang informasi yang kuberikan tentang budaya jamban atau kakus bersama di sungai. Ternyata kebiasaan itu juga ada di desa-desa terpencil pulau Jawa. Di sana buang air besar atau kecil bisa di kebun, atau di mana saja yang tidak dilihat orang. Tinggal congkel tanah, buat lubang kecil, lalu plung ujar beliau. Beda dengan orang Jawa, tempat buang air kecil dan besar itu tidak dimiliki secara kolektif, di Banjarmasin, jamban atau kakus tempat buang air besar dan kecil itu dimiliki secara kolektif.

Pada kesempatan sesion kedua, ada seorang peserta yang menjelaskan bahwa orang-orang pada zaman dahulu tidak mau membangun kamar kecil di dalam rumahnya, karena ada kepercayaan bahwa malaikat rahmat tidak akan mau masuk rumah jika di rumah kita ada kamar kecil. Jadi kamar kecil harus dibangun terpisah di luar rumah induk.

Diskusi hari ini berakhir pukul 15.00. Sebelum pulang kami mengisi daftar penerimaan honor sebagai peserta diskusi. Lumayan seratus ribam. Hehehe...

Keluar dari Hotel Mercure aku masuk ke Pusat Perbelanjaan Duta Mall, singgah sebentar di Toko Buku Gramedia. Tak lama di sana, aku ke luar, lantas menyeberang menyelinap melalu pintu kecil yang ada, masuk ke kawasan parkir RSUD Ulin Banjarmasin. Ternyata tarif parkir yang harus kubayar adalah Rp. 3.000,- (mulai dari pukul 08.30-15.30).

Sampai di rumah, tak ada orang. Anakku sudah berangkan les ke Ganesha Operation diantarkan oleh adik iparku, dan istriku sudah berangkat latihan mendendangkan Syair Habsy di rumah tetangga. Untunglah, aku membawa kunci sendiri, clek pintu rumah kubuka. Masuk ke dalam rumah, ganti baju, lalu baca koran di beranda. Bosan membaca koran aku membuka internet dan menuliskan cerita ini di facebook. Selamat membaca, semoga ada manfaatnya. Salah khilap mohon maaf, terima kasih.
Top of Form

Tidak ada komentar:

Posting Komentar