Kamis, 20 Januari 2011

KAMUS PERIBAHASA BANJAR EDISI 2011

Judul Buku : Kamus Peribahasa Banjar
Pengarang : Tajuddin Noor Ganie, M.Pd.
Penerbit : Rumah Pustaka Folklor Banjar
Tempat Tahun : Banjarmasin, Edisi 2011
Tebal : 1.539+L halaman
Peresensi : Salbiah

Peribahasa Banjar merupakan ragam/jenis folklor Banjar yang sesungguhnya sangat familiar di kalangan etnis Banjar di Kalsel. Hampir semua kegiatan berbahasa yang berlangsung secara formal dan informal di kalangan etnis Banjar di Kalsel selalu diselipi dengan peribahasa Banjar sebagai sarana retorikanya. Meskipun demikian para intelektual kampus yang berasal dari kalangan etnis Banjar sendiri masih belum banyak yang tertarik untuk menjadikan peribahasa Banjar sebagai sumber data untuk penulisan skripsi, tesis, dan disertasinya.
Tajuddin Noor Ganie, penyusun Kamus Peribahasa Banjar (KPB) ini, merupakan orang pertama yang menulis tesis tentang peribahasa Banjar. Syukurlah, yang bersangkutan ternyata adalah orang Banjar. Jika orang pertama yang menulis tesis tentang peribahasa Banjar adalah orang asing, maka ghirah semua orang Banjar di seluruh dunia akan cidera karenanya. Tentunya, sangat ironis jika orang pertama yang menulis tesis tentang peribahasa Banjar adalah orang asing sebagaimana yang terjadi dalam kasus penulisan buku Jukung Banjar oleh orang Kanada bernama Erick Petersen tempo hari.
KPB ini sendiri sesungguhnya merupakan pengembangan lebih lanjut dari tesis Tajuddin Noor Ganie (TNG) berjudul Karakteristik Bentuk, Fungsi, Makna dan Nilai Peribahasa Banjar (2005). Tidak semua paparan yang ada di dalam tesisnya dimuat kembali di dalam KPB. Hanya paparan teoretis tentang karakteristik bentuk, makna, fungsi, dan nilai peribahasa Banjar yang tetap dimasukkannya.
Pertama kali diterbitkan dalam bentuk kamus pada tahun 2006. KPB Edisi 2006 hanya memuat paparan menyangkut 1.538 buah peribahasa Banjar yang sudah dikenal luas sebagai kekayaan milik bersama etnis Banjar di Kalsel. Paparan untuk setiap entri peribahasa Banjar tidak dilakukan secara mendalam sebagaimana yang ada di dalam teks asli tesisnya. Masing-masing peribahasa Banjar itu dipaparkan secara ringkas dengan gaya bahasa yang ringan (populer).
Perubahan gaya bahasa dimaksud dilakukan berdasarkan pertimbangan para pembaca kamus berbeda seleranya dengan para pembaca tesis. Masyarakat awam yang menjadi sasaran penerbitan kamus akan merasa bosan jika peribahasa Banjar dimaksud dipaparkan dengan gaya bahasa tesis. Di dalam kamus ini setiap entri peribahasa Banjar cuma dipaparkan dalam 5-10 baris saja, sementara di dalam tesis dipaparkan dalam 6-8 halaman.
KPB 2011 merupakan pengembangan lebih lanjut dari KPB 2006. Didalamnya dimuat 8.216 entri/lema dengan jumlah halaman 1.358+L halaman. Menurut TNG, entri/lema KPB akan terus diperbanyak dari edisi ke edisi. Hampir setiap hari ia bergiat mencari dan mencatat peribahasa Banjar yang belum masuk ke dalam KPB. TNG yakin, masih banyak peribahasa Banjar yang belum berhasil diinventasikan, didokumentasikan, dan dikaji secara mendalam. Diharapkan, dengan adanya KPB maka upaya-upaya para pihak untuk mengembalikan vitalitas peribahasa Banjar akan menjadi semakin mudah. Insya Allah.
Penerbitan buku-buku local genius sebagaimana yang dilakukan Tajuddin Noor Ganie dengan kamusnya ini harus semakin digiatkan pada masa-masa yang akan datang. Masih banyak kekayaan local genius kita yang terancam punah, sehingga harus segera diinventarisasikan, didokumentasikan, dan direvitalisasikan. Jika tidak, kekayaan local genius itu akan menjadi kekayaan budaya yang keberadaannya akan diabaikan oleh generasi muda etnis Banjar di Kalsel.
Fakta menunjukkan, di kalangan etnis Banjar sendiri belum banyak mereka yang kafasitasnya memenuhi kriteria sebagai ahli waris yang pasif atas kekayaan local genius itu, apalagi ahli waris yang aktif. Dalam hal ini yang paling dominan adalah mereka yang sama sekali tidak tahu, tidak tahu menahu, dan tidak mau tahu tentang kekayaan local genius yang sesungguhnya harus mereka warisi dan lestarikan itu.
Hal ini mengingat semua kekayaan local genius itu sengaja diciptakan sebagai bagian dari kegiatan kolektif yang berhubungan dengan hal-hal seperti adat-istiadat, ajaran moral normatif, sosial ekonomi, estetika, etika, filsafat, norma-norma politik, dan sejarah lokal. Semua aspek sosial budaya di atas merupakan masalah mendasar yang penting dan bernilai dalam kehidupan keseharian etnis Banjar di Kalsel.
Khusus menyangkut kekayaan local genius berbentuk peribahasa Banjar, sejak awal diciptakan sudah mengemban fungsi sosial sebagai wahana pewarisan dan pemahaman gagasan tata nilai yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan keseharian mereka. Tidak hanya itu, melalui peribahasa Banjar sebagai medianya, etnis Banjar di Kalsel dapat mengungkapkan alam pikiran, sikap hidup, dan sistem sosial budaya mereka.
Sehubungan dengan itu, tidak dapat dipungkiri peribahasa Banjar memiliki arti penting, setidak-tidaknya ada 3 fakta empirik yang menjadi dasar rasionalnya, yakni : (1) peribahasa Banjar adalah folklor Banjar yang bersifat intersubjektif, dalam arti bukan sekadar artefak atau fakta kebendaan saja; (2) peribahasa Banjar adalah folklor Banjar yang diwujudkan dalam bentuk wacana atau inskripsi dengan kandungan 3 gugus fakta sekaligus, yakni fakta mentalitas (mentifact), fakta kesadaran budaya milik bersama, dan fakta sosial (sociofact) dari etnis Banjar; dan (3) peribahasa Banjar adalah folklor Banjar yang berhubungan dengan dunia gagasan, hayatan, ingatan, pandangan, pikiran dan renungan tentang konstruksi realitas budaya di tengah konteks dan proses dialektika budaya etnis Banjar.
Dalam kedudukannya sebagai kekayaan budaya milik bersama, etnis Banjar dapat mempergunakan peribahasa Banjar sebagai media untuk mengekspresikan atau merepresentasikan konstruksi realitas nilai budaya yang khas suku bangsa mereka. Melalui peribahasa Banjar sebagai media komunikasinya, generasi tua etnis Banjar dapat menyampaikan semua ajaran, informasi, nasihat, dan semua kearifan lokal lainnya kepada generasi penerusnya, sehingga kearifan lokal dalam bentuk ungkapan tradisional berbahasa Banjar ini tetap lestari dari generasi ke generasi.
Selain itu, peribahasa Banjar juga menampilkan gagasan, hayatan, ingatan, pandangan, pikiran dan renungan mereka sebagai suku bangsa. Bahkan, peribahasa Banjar juga dapat dipandang sebagai wacana, sekaligus juga inskripsi, yang merepresentasikan proses dialektika yang berkembang dalam konteks konstruksi realitas budaya etnis Banjar. Ironis, fakta empirik peribahasa Banjar yang begitu istimewa, ternyata tidak diimbangi dengan fakta historis peribahasa Banjar yang terbilang istimewa juga.

2 komentar:

  1. Kamus Peribahasa Banjar (Edisi 2011) merupakan buku saya yang paling mahal. Harganya Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah) terdiri dari 2 jilid. Belum termasuk ongkos kirim. Harap maklum, buku ini direproduksi dengan cara difoto-copy, tidak dicetak sebagaimana lazimnya buku pada umumnya.

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah sejak diluncurkan Kamus Peribahasa Banjar telah menjadi rujukan penulisan skripsi sebanyak 12 judul dan tesis sebanyak 5 judul

    BalasHapus